Satu lagi alternatif dalam proses
perencanaan strategis di luar analisis SWOT, yaitu pendekatan SOAR
(Strengths, opportunities, aspirations, results). Dimanakah letak
perbedaannya dengan SWOT?
Biasanya, SWOT diawali dengan melakukan
review pernyataan visi dan misi, yang dilanjutkan dengan review terhadap
tujuan, sasaran, strategi, rencana, dan kebijakan yang ada. Setelah
dilakukan review terhadap situasi saat ini dan masa lalu, mulailah
dilakukan analisis SWOT. Melalui analisis ini, data-data dikumpulkan
guna menjawab pertanyaan mengenai
kondisi organisasi saat ini dan di masa depan (strengths, weaknesses)
serta prediksi mengenai pasar/industri yang dimasuki (opportunities,
threats). Berdasarkan analisis SWOT, rekomendasi dibuat guna menentukan strategi alternatif yang terbaik bagi organisasi.
Menurut para pencetus SOAR, dalam
kaitannya dengan perubahan yang akan dilakukan oleh organisasi, analisis
SWOT ini memiliki kekurangan. Dalam proses perencanaan dengan analisis
SWOT, perusahaan harus menghabiskan sebagian waktunya guna memikirkan
hal-hal positif (strengths, opportunities) dan sebagiannya lagi untuk
mengurusi hal-hal negatif (weaknesses, threats). Namun kenyataannya,
manusia cenderung lebih suka menonjolkan hal-hal negatif (weaknesses,
threats). Padahal, kita cenderung lebih suka melupakan kekurangan dan
pengalaman buruk yang terjadi di masa lalu. Kita akan lebih termotivasi
manakala menyadari bahwa kelebihan atau kekuatan yang kita miliki dapat
memberikan kontribusi bagi kemajuan organisasi.
Untuk itulah Stavros, Cooperrider, dan
Kelly menawarkan konsep SOAR (Strengths, opportunities, aspirations,
results) sebagai alternatif terhadap analisis SWOT., yang berasal dari
pendekatan Appreciative Inquiry (AI). Pendekatan
AI lebih menitikberatkan pada pengidentifikasian dan pembangunan
kekuatan dan peluang ketimbang pada masalah, kelemahan, dan ancaman.
Pendekatan SOAR terhadap rencana
strategis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan model
tradisional. Analisis SOAR memungkinkan anggota organisasi menciptakan
masa depan yang mereka inginkan sendiri dalam keseluruhan proses dengan
cara melakukan penyelidikan, imajinasi, inovasi, dan inspirasi. Fokus
internal SOAR adalah kekuatan organisasi.
SOAR juga digunakan untuk analisis
eksternal, misalnya analisis mengenai pemasok dan pelanggan. Keuntungan
lainnya berkaitan dengan partisipasi. Pada banyak organisasi,
perencanaan strategis hanya melibatkan orang-orang pada tingkatan
tertinggi serta sekelompok stakeholder. Namun dalam kerangka kerja SOAR,
sebanyak mungkin stakeholder dilibatkan, yang didasarkan pada
integritas para anggotanya. Masalah integritas menjadi sangat penting
karena para stakeholder harus menyadari asumsi-asumsi yang menjadi dasar
penggerak bagi para pemimpin organisasi.
Analisis SOAR bagi perencanaan strategis
dimulai dengan penyelidikan (inquiry) yang menggunakan pertanyaan
positif guna mempelajari nilai-nilai inti, visi, kekuatan, dan peluang
potensial. Dalam fase ini, pandangan-pandangan dari setiap anggota
organisasi dihargai. Penyelidikan juga dilakukan guna memahami secara
utuh nilai-nilai yang dimiliki oleh para anggota organisasi serta
hal-hal terbaik yang pernah terjadi di masa lalu. Kemudian anggota
organisasi dibawa masuk ke dalam fase imajinasi, memanfaatkan waktu
untuk “bermimpi” dan merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase
ini, nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan. Sasaran jangka
panjang dan alternatif strategis dan rekomendasi diumumkan. Fase ketiga
adalah inovasi, yaitu dimulainya perancangan sasaran jangka pendek,
rencana taktikal dan fungsional, program, sistem, dan struktur yang
terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan. Guna
tercapainya hasil terbaik yang terukur, karyawan harus diberikan
inspirasi melalui sistem pengakuan dan penghargaan.
Salah satu contoh sukses dari pemanfaatan
analisis SOAR ini adalah kisah Roadway Express, sebuah perusahaan
transportasi yang berpusat di Akron, Ohio (AS), yang pada suatu saat
menyelenggarakan sebuah meeting tentang perencanaan strategis di salah
satu fasilitas mereka di Winston-Salem. Hampir 300 orang yang terdiri
dari pekerja dan pengemudi berkumpul bersama-sama dengan manajemen dan
pelanggan serta para stakeholder lain dari wilayah Winston-Salem guna
mendiskusikan strategi menjadikan perusahaan sebagai pemimpin dalam
industri transportasi.
Di hari pertama meeting, mereka memetakan
seluruh kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam
hubungannya dengan pasar. Hari kedua, mereka mengidentifikasikan
peluang-peluang bisnis, yang diikuti dengan artikulasi aspirasi yang
lebih selektif. Pada hari ketiga, aspirasi ini dibuat menjadi lebih
konkret dan spesifik, yang kemudian diterjemahkan ke dalam hasil-hasil
yang telah diantisipasi, termasuk seleksi kebijakan-kebijakan dan
pengukuran-pengukuran bisnis yang cermat.
Hasilnya pada tahun berikutnya Roadway
Express mengalami peningkatan pendapatan kurang lebih sekitar 25%. Harga
sahamnya pun mengalami kenaikan. Hal ini mendorong perusahaan untuk
lebih banyak menyelenggarakan meeting sejenis guna membahas perencanaan
strategis. Namun bagi Roadway Express, meeting seperti ini bukan hanya
bertujuan untuk menyusun strategi yang lebih baik, namun juga bagi
pengembangan sumber daya manusia. Roadway Express ingin menyusun proses
pemikiran strategis yang dapat dimanfaatkan dalam aktivitas keseharian
perusahaan guna menangkap peluang-peluang baru. Setelah
diselenggarakannya sebuah pertemuan di Akron, misalnya, sekelompok ahli
mekanik menciptakan sebuah visi yang berpotensi menciptakan penghematan
hingga bernilai milyaran dolar. Dalam contoh lain, pertemuan di
Winston-Salem telah menjadikan para pengemudi bersedia secara sukarela
menjadi tenaga penjual produk perusahaan. Hal ini mampu meningkatkan
pendapatan perusahaan senilai lebih dari satu juta dollar AS.
Menurut para pencetusnya, SOAR mampu
menghasilkan sebuah energi yang bertahan lama serta menghidupkan
kreativitas. SOAR menghargai arti sebuah kekuatan dan kesuksesan sekecil
apapun, karena terjadinya hal-hal yang besar selalu diawali dari
hal-hal kecil.
Memang kehadiran SOAR relatif masih hijau
dibandingkan kemapanan SWOT, dan masih perlu pembuktian eksistensinya
lebih lanjut. Namun tawaran alternatif ini akan semakin memperkaya
khasanah analisis strategis.
Mencegah perasaan negatif dengan SOAR
Respons yang tinggi dari para pembaca
yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Metode SOAR (SWOT vs. SOAR,
Bisnis, Minggu, 3 Juni) mengggugah penulis untuk membahasnya lebih
lanjut. SOAR (strengths, opportunities, aspirations, results) merupakan
hasil pengintegrasian antara konsep appreciative Inquiry (AI) dengan
perencanaan strategis guna menciptakan proses transformasional
organisasi agar tetap kompetitif.
SOAR adalah sebuah pendekatan yang
inovatif serta berbasiskan pada kekuatan (strength-based approach)
terhadap perencanaan strategis. SOAR dapat membuat kita lebih
memfokuskan diri kepada hal yang paling penting, yaitu masa depan
karyawan dan organisasi.
Perencana strategis menuliskan pertanyaan
yang bersifat menyelidiki guna menentukan arah (direction) dari proses
perencanaan strategis serta menginformasikan isi dari perencanaan
strategis tersebut berdasarkan kepada kekuatan dan peluang yang ada.
Inilah yang disebut oleh Stavros, Cooperrider, dan Kelley dengan
penyelidikan strategis (strategic inquiry) dengan tujuan yang bersifat
apresiatif (appreciative intent).
SOAR dapat dimanfaatkan pada saat
perusahaan melakukan hal-hal seperti pemindaian (scanning) terhadap
lingkungan internal ataupun eksternal, evaluasi dan penciptaan kembali
visi, misi, dan nilai-nilai organisasi, formulasi strategi dan rencana
strategis pada berbagai unit dan level organisasi, serta perencanaan dan
implementasi perubahan.
Dalam analisis SOAR, anggota organisasi
dapat belajar untuk mengidentifikasi inti positif (positive core) yang
dimiliki oleh organisasi, memperoleh kejelasan (clarity) terhadap nilai,
visi, misi, untuk kemudian diselaraskan dengan strategi, inisiatif, dan
rencana aksi yang disusun.
Selain itu, merencanakan, mendesain, dan
memfasilitasi keseluruhan perencanaan strategis, serta mengidentifikasi
pengukuran yang mendorong kinerja.
Metode SOAR, yang telah dijalankan oleh
beberapa organisasi, baik bisnis maupun non-bisnis, terbukti mampu
memperbaiki kinerja, seperti produktivitas dan penjualan, komunikasi
yang terbuka dan berkesinambungan, serta meningkatnya moral karyawan
yang anjlok.
Model SOAR mengubah analisis SWOT, yang
sudah sangat mapan, dalam hal faktor-faktor kekurangan (weakness)
internal organisasi serta ancaman (threats) eksternal yang dihadapinya
ke dalam faktor-faktor aspirasi (aspiration) yang dimiliki perusahaan
serta hasil (results) terukur yang ingin dicapai.
Model analisis ini beranggapan bahwa
faktor kekurangan dan ancaman dapat memunculkan perasaan negatif bagi
para anggota organisasi, sehingga menurunkan motivasi mereka untuk
berbuat yang terbaik.
Dalam strength (S), hal-hal yang menjadi
kekuatan serta aset terbesar yang dimiliki diungkapkan, baik aset yang
berwujud maupun aset yang tidak berwujud. Tujuan pengungkapan ini adalah
untuk memberikan penghargaan terhadap segala hal-hal positif yang
dimiliki, yang pasti akan selalu dimiliki baik oleh individu maupun
organisasi. Kekuatan inilah yang akan terus dikembangkan demi kemajuan
organisasi maupun individu di masa depan.
Opportunities (O) berarti dilakukannya
analisis terhadap lingkungan eksternal guna mengidentifikasi peluang
terbaik yang dimiliki serta dapat dimanfaatkan oleh organisasi.
Cara pandang
Lingkungan eksternal adalah sebuah
wilayah yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan dan peluang. Salah
satu syarat bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuannya
memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan adanya cara
pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang berubah
dengan sangat cepat.
Dalam menganalisis aspirations (A), para
anggota organisasi berbagi aspirasi dan merancang kondisi masa depan
yang mereka impikan, yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan
kebanggaan baik terhadap diri sendiri, pekerjaan, departemen, maupun
organisasi secara keseluruhan.
Saling berbagi aspirasi ini menjadi hal
yang sangat penting guna menciptakan visi, misi serta nilai yang
disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan organisasi
menuju masa depan.
Results (R) berarti menentukan ukuran
dari hasil-hasil yang ingin dicapai (measurable results) dalam
perencanaan strategis, guna mengetahui sejauh mana pencapaian dari
tujuan yang telah disepakati bersama. Agar para anggota organisasi
merasa termotivasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan
ini, maka perlu dirancang sistem pengakuan (recognition) dan reward yang
menarik.
Pendekatan SOAR dimulai dengan
penyelidikan (inquiry) dengan mengajukan pertanyaan positif tanpa syarat
(unconditional positive questions) guna mempelajari nilai inti, visi,
kekuatan, dan peluang potensial organisasi. Penyelidikan adalah saat
untuk melakukan refleksi terhadap kekuatan di masa lalu serta bagaimana
kekuatan ini dibangun.
Kemudian, peserta memasuki fase imajinasi
(imagination), dimana mereka menghabiskan waktu untuk bermimpi dan
membangun masa depan yang diinginkan.
Tujuan jangka panjang dan alternatif
strategis dan rekomendasi dipresentasikan. Fase berikutnya adalah saat
untuk melakukan inovasi (innovation) untuk memulai desain strategis dari
tujuan jangka pendek, rencana taktikal dan finansial, serta sistem,
struktur, dan program yang terpadu guna mewujudkan masa depan yang
diinginkan dengan hasil terbaik.
Dapat kita simpulkan inti metode ini
bertumpu kepada mencari apa yang terbaik yang dimiliki oleh organisasi,
segala kekuatan yang ada pada organisasi. Kemudian berdasarkan apresiasi
terhadap kelebihan yang dimiliki, mencari peluang-peluang yang
tersedia, aspirasi ditampung dan dirumuskan dalam measurable result.
Tentu disertai dengan pengakuan dan reward yang pantas.
SOAR (not SWOT) : Kunci menciptakan masa depan organisasi idaman
Bagaimana cara kita memahami organisasi
kita? Ada sebuah alat bantu yang sangat simpel, buatlah gambar
organisasi kita! Lho kok gambar? Iya, sesuatu yang kita gambarkan itu
mewakili imaji tentang organisasi kita. Pada dasarnya, manusia bertindak
tidak berdasarkan data, angka, jumlah-jumlah kuantitatif dalam
bertindak. Kita tidak melakukan tindakan antisipatif semata karena
tingkat penjualan menurun. Tindakan kita lebih didasarkan pada imaji
tertentu tentang masa depan yang muncul setelah kita melihat data
penjualan. Ketika imaji yang muncul adalah sosok diri kita sebagai
manajer pemasaran atau manajer penjualan maka kita akan bereaksi gembira
dan menggunakan data itu untuk mengkritik manajer saat ini. Ketika
imaji yang muncul adalah bonus yang berkurang maka kita akan khawatir
dan melakukan tindakan untuk meningkatkan penjualan. Imaji masa depan
menjadi basis dalam menginterpretasikan realitas yang kita hadapi saat
ini. Imaji tentang organisasi yang memandu tindakan-tindakan kita yang
membentuk organisasi kita.
Power of Image! Kekuatan imaji inilah
yang menjadi basis rekan-rekan kita yang bergerak di bidang advertising.
Imaji menjadi sesuatu yang diperjuangkan dengan berbagai daya upaya.
Mereka sadar benar bahwa imaji suatu merek akan menentukan tindakan yang
akan dilakukan pelanggan. Dalam studi psikologi, imaji murid yang ada
dibenak guru menjadi faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam keseharian, apabila kita mempunyai imaji positif terhadap orang
yang ada dihadapan maka akan bertindak positif pula.
Bagaimana imaji ini terbentuk? Interaksi
dan komunikasi. Karena itulah, suatu merek yang berjaya adalah merek
yang sering berinteraksi dengan pelanggannya, merek yang dikomunikasikan
dengan cara-cara yang menarik. Tak segan-segan dilakukan riset terhadap
pelanggan, walau menghabiskan biaya besar, untuk sungguh-sungguh
memahami pelanggan. Demikian pula di kelas, proses pembelajaran yang
efektif mempersyaratkan pola interaksi dan komunikasi tertentu. Semisal,
umpan balik yang positif terhadap murid.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita
mengoptimalkan kekuatan imaji dalam mengelola organisasi kita? Bagaimana
kita memainkan interaksi dan komunikasi dalam menciptakan masa depan
organisasi kita?
Pada dua titik itulah, SOAR, metode
perencanaan strategis berbasis appresitive inquiry menjadi sebuah
tawaran menarik yang berbeda dengan pendekatan dan metode yang telah
ada. Stavros, Cooperrider dan Kelly, penggagas SOAR, berupaya
mengoptimalkan kekuatan imaji untuk menggerakkan seluruh sumber daya
perusahaan untuk mewujudkan masa depan yang diidamkan. Metode SOAR
merupakan langkah penciptaan imaji organisasi yang positif dalam
perencanaan strategis. Imaji ini dibentuk melalui imajinasi terpandu
dengan menggunakan kekuatan otak kanan. Lahirlah, imaji yang dashyat,
imaji yang menggetarkan hati seluruh orang. Imaji yang melahirkan
tindakan-tindakan terbaik. Imaji yang mewujudkan organisasi idaman kita.
Dalam keseharian organisasi kita, imaji
ini seharusnya terwujud dalam visi organisasi kita. Pertanyaannya,
bagaimana imaji organisasi kita dimata karyawan, supplier, pelanggan,
manajemen, direksi dan bahkan owner sendiri? Kalau imaji itu digambar,
maka apa gambar yang digunakan para pihak itu untuk menggambarkan
organisasi kita? Seberapa indah gambar tersebut? Seberapa kuat imaji itu
mengundang tindakan-tindakan terbaik?
Imaji organisasi terkonstruksi melalui
interaksi dan komunikasi diantara para stakeholdernya, dalam cara yang
paling sederhana, percakapan. Dalam percakapan keseharian, orang saling
bertukar kisah satu sama lain. Apa kekuatan sebuah kisah? Kisah
menyimpan jutaan makna sehingga manusia dapat mewariskan tradisi dari
generasi ke generasi, dan mempersatukan orang dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Dalam kisah, tersimpan akan ingatan sejarah yang
memungkinkan orang merefleksikan perjalanan sebuah organisasi. Kisah
pula yang memicu semangat orang, membangkitkan orang untuk memberikan
atau tidak memberikan konstribusi terhadap suatu urusan.
Ingat heboh kisah Chicken Soup? Kisah
orang-orang biasa yang menularkan emosi kepada para pembacanya. Apa yang
kita ingat tentang sekolah kita dulu? Sekumpulan kisah yang ketika
diceritakan kembali menghangatkan suasana perjumpaan dengan sesama
alumni. Bahkan, kekuatan kisah begitu berpengaruh sehingga kisah yang
beredar pada pertemuan informal seringkali merupakan pertanda keputusan
yang akan diambil dalam sebuat rapat formal. Mengingat kisah sedih
membawa kita pada suasana yang muram. Mengenang kisah ceria menerbangkan
kita pada puncak-puncak keceriaan. Karena itulah, pembentukan imaji
organisasi berlangsung sepanjang waktu oleh semua orang yang terlibat.
Tidak hanya pada saat rapat. Tidak pula oleh sebagian orang. Lalu,
bagaimana kisah-kisah yang ada dalam percakapan organisasi kita?
Kisah lahir dari sesuatu yang menjadi
fokus kita. Ketika anggota organisasi menganggap ketidakdisplinan
sebagai sesuatu yang berharga, maka akan lahirlah berbagai kisah seputar
ketidakdisplinan. Entah kisah tentang kekonyolan upaya seseorang untuk
menghindari suatu aturan. Entah kisah tentang manajer yang galak dan
tidak punya hati terhadap bawahannya yang tidak disiplin. Kisah selalu
terpusat pada sebuah fokus yang terpicu dari pertanyaan-pertanyaan yang
kita ajukan.
Pertanyaan yang kita ajukan menentukan
kisah yang akan lahir. Kisah yang dipertukarkan menentukan imaji
organisasi kita. Imaji organisasi kita menentukan tindakan seluruh pihak
yang terlibat. So simpelnya, pertanyaan positif, kisah positif, imaji
positif, tindakan positif, kinerja positif, masa depan positif.
Begitulah SOAR adanya.
Sumber : https://pakyadimbs.wordpress.com/2013/10/10/gagal-jadi-pemimpin-cobalah-ubah-pendekatan-swot-dengan-soar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar