Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Feedburner

I heart FeedBurner

Senin, 17 Oktober 2011

PLTN di Indonesia

~ Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)
Kumpulan Artikel - 111 - Energi Nuklir / PLTN
E-mail Cetak PDF
Kalbar Mampu Pasok Listrik 145 Tahun

NET
Uranium dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik di PLTN.

JAKARTA, TRIBUN - Cadangan Uranium Indonesia, mayoritas tersembunyi di Bumi Khatulistiwa. Dari 53 ribu ton yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), 29 ribu ton di Kalbar.

Selebihnya, 24 ribu ton cadangan Uranium berada di Bangka Belitung. "Selain itu Papua diindikasikan memiliki cadangan Uranium yang cukup besar. Tapi masih akan diteliti," tutur Deputi Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Dr Djarot S Wisnubroto di Jakarta, Selasa (31/8).

Perkiraan Papua menyimpan cadangan Uranium atau bahan baku nuklir dalam jumlah besar didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah diketahui menyimpan cadangan Uranium terbesar di dunia.

"Jika PLTN seukuran 1.000 MW membutuhkan 200 ton Uranium per tahun, dengan cadangan di Kalbar saja, bisa memasok Uranium selama 145 tahun," tegas Dr Djarot.

Kendati demikian, tak berarti RI akan memproduksi Uranium sendiri untuk PLTN. "Karena kondisi sekarang, harga Uranium cukup murah, kita lebih efisien membeli saja dari negara lain. Cadangan Uranium bisa digunakan kebutuhan masa depan," katanya.

Menurut Djarot, untuk menjadi bahan baku PLTN, Uranium hasil penambangan harus diproses melalui purifikasi atau pemurnian yang menjadikan bahan Uranium ke tingkat kemurnian tinggi, sehingga berderajad nuklir dan bebas dari unsur-unsur pengotor lain.

Selanjutnya dilakukan pengayaan untuk meningkatkan kadar 235U, sehingga menjadi 2-4 persen dan akhirnya fabrikasi untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik sesuai jenis yang dibutuhkan reaktor nuklir. Misalnya, berbentuk pelet dengan diameter 10 mm.

"Untuk bahan baku Uranium di Reaktor Nuklir Riset di Serpong, kita memang membelinya dari luar, tapi harus diingat, bahwa kita memfabrikasi Uranium itu sendiri di dalam negeri," jelas Dr Djarot.

Djarot menegaskan, suatu PLTN membutuhkan teknologi pengolahan limbah dan tempat pembuangan lestari, karena tingkat radioaktivitas limbah nuklir tak mungkin dilepas atau dibuang langsung ke lingkungan.

Lokasi pembuangan lestari limbah nuklir, harus di lokasi yang bebas gempa dan memiliki lokasi jebakan limbah, sehingga tak akan lari ke lingkungan serta jenis tanah liat.

"Selama ini memang kami lah yang mengolah limbah radioaktif dari industri dan rumah sakit. Sedangkan limbah akhirnya, misalnya dari reaktor yang ada di Serpong, kita kembalikan ke negara asal," jelas Dr Djarot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar