Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Feedburner

I heart FeedBurner

Minggu, 25 Oktober 2015

Instal Code Igniter

Pada bagian ini saya akan menjelaskan bagaimana cara install Framework Codeinginer pada komputer lokal Anda. Tutorial ini ditujukan bagi mereka yang baru mengenal yang namanya Codeigniter (sangat pemula) dan ini merupakan bagian teknis atau langsung praktek. Bagi yang ingin mengenal secara teori apa itu Codeigniter, dapat dibaca pada artikel saya sebelumnya tentang Framework Codeigniter disini. Selain menginstall Codeigniter, saya akan berikan sedikit cara kerja Framework ini berdasarkan pengalaman pribadi saya menggunakan Framework ini. Mari kita mulai dengan mempersiapkan beberapa kebutuhan untuk dapat mempraktekan tutorial ini.

Beberapa hal yang harus disiapkan dalam praktek tutorial ini antara lain:
  1. Program PHP sebagai bahasa pemrograman, karena Codeigniter ditulis menggunakan bahasa pemrograman PHP.
  2. Web Server, dalam hal ini saya menggunakan Apache sebagai web servernya.
  3. Database, dalam hal ini MySQL (optional, karena kita belum memanfaatkan database dalam praktek ini)
  4. IDE (Editor), dalam hal ini saya menggunakan Dreamweaver.
  5. Codeigniter, sebagai Framework yang dapat didownload di halaman ini, saya menggunakan versi 2.1.3 pada saat membuat tutorial ini.
  6. Untuk program PHP-MySQL-Apache, sudah banyak package yang tinggal install, artinya dengan satu kali install, dikomputer kita sudah terinstall tiga aplikasi tersebut (PHP-MySQL-Apache). Misalnya WampServer, Xampp, dll
  7. Jangan lupa sediakan segela susu agar otak lebih encer :)
Mari kita mulai langkah demi langkah untuk menginstall Framework Codeigniter ini. Oh iya saya menggunakn Sistem Operasi Windows 7 dan menggunakan Wamp 2.0 untuk membuat tutorial ini.
  1. Download program Codeigniter seperti pada nomor 5 diatas. Nanti anda akan menemukan bentuk zip dengan ukuran file 2,2 MB.
  2. Unzip program Codeigniter (orang menyebutnya CI) dan simpan ke folder root server kita (ke folder ‘www’ kalau di wamp atau ‘htdocs’ atau ‘public_html’ tergantung package PHP nya), kemudian rename (ubah) nama foldernya dari “CodeIgniter_2.1.3” menjadi “codeigniter”, seperti pada gambar dibawah ini:
    Tutorial CI - Menyimpan di Root Server
    Tutorial CI – Menyimpan di Root Server
    Dalam folder CI, terdiri dari 3 folder, “application” ini folder untuk developer yang nanti kita akan obrak abrik, “system” berisi library atau kumpulan fungsi-fungsi dasar CI, dan “user_guide” berisi tuntunan semacam help-nya.
  3. Kalau sudah dicopy, tinggal akses “localhost/codeigniter” dan kalau berhasil maka akan muncul halaman selamat datang. Ini merupakan kesksesan Anda, jika belum silahkan coba ulangi langkah-langkahnya.
    Tampilan Sukses Install CI
    Tampilan Sukses Install CI
  4. Untuk mengubah pesan diatas, kita bisa masuk ke folder codeigniter/application/views/welcome_message.php disitu Anda bisa mengubahnya secara bebas dengan kata-kata sendiri, silahkan dicoba dan wajib dicoba.
  5. Selanjutnya kita akan menjelaskan cara kerjanya.
Pertama tentu akan membaca index.php di bawah folder codeigniter, kemudian index.php tersebut akan membaca file yang ada di config, seperti application/config/autoload.php yang akan me-load fungsi-fungsi sesuai konfigurasi (kalau install pertama, file ini tidak me-load file atau masih kosong).
Selanjutnya akan membaca file application/coonfig/route.php yang akan memetakan kemana file selanjutnya dibaca (menunjuk controller apa yang akan dibaca pertama), pertama install controller yang pertama kali dibaca adalah application/controller/welcome.php dan dari controller tersebut akan dilempar ke view di application/views/wecome_message.php.
Ingat konsep MVC pada Codeigniter, dalam hal ini M (model) belum ada, sedangkan V (views) adalah “application/views/wecome_message.php” dan C (controller) application/controller/welcome.php
Konsep MVC
Konsep MVC

Kamis, 15 Oktober 2015

XML in html

Pada kesempatan kali ini, saya ingin sekedar sharing tentang penggunaan XML HTTP Request dari dasar. Tidak usah malu belajar dari dasar, karena sebenernya XML HTTP Request di web yang sudah kompleks pun asalnya dari dasar ini. Jadi diharapkan ketika mengerti dasarnya ini, semoga bisa dimengerti saja dulu. Pengembangan kode untuk sesuai kebutuhan anda itu terserah pada anda hahah…
Dengan XML HTTP Request kita dapat menghemat bandwidth, karena metode ini merequest konten pada URL tertentu dan ditampilkan di bagian tertentu pada halaman website tanpa harus me-load lagi seluruh halaman. Oh iya, walaupun untuk bisa mencoba XML HTTP Request hanya perlu minimal halaman HTML, tetapi dibutuhkan peran webserver juga untuk merespon request. Jadi XML HTTP Request harus berjalan di lingkungan webserver, ga bisa asal taro di lokasi tertentu, double klik dan liat hasilnya 😛 Langsung saja ke percobaan…

Inti dari XML HTTP Request adalah script ini:
<script type="text/javascript">
function main(page){
http=new XMLHttpRequest();
var myurl=page;
http.open("GET", myurl, true);
http.onreadystatechange=httpResponse;
http.send(null);
}
function httpResponse(){
if (http.readyState==1){
document.getElementById("isi").innerHTML="Sedang proses meminta URL.. <br>(Pasang gambar <em>loading</em> juga boleh..)";
}
else if (http.readyState==4){
var textout=http.responseText;
document.getElementById("isi").innerHTML=textout;
}
}
</script>
Pertama adalah tahap request. Function main() akan mengambil variable page hasil input user dan diproses di objek http. Ntar objek http yang melakukan request dengan method GET. Setelah itu ada yang namanya tahap response. Jika status readyState respon masih tahap 1, tampilkan tulisan “Sedang proses meminta URL.. <br>(Pasang gambar <em>loading</em> juga boleh..)”. Biasanya ketika masih tahap 1, di situs-situs beken internet, menampilkan gambar animasi loading yang berputar-putar (ato apa lah) sehingga user tidak bosen menunggu. Ketika readyState sudah di tahap 4, seluruh hasil response dari request, ditampung dalam variable textout untuk selanjutnya di tampilkan di sebuah elemen dengan ID “isi” (akan dibahas letak elemen dengan ID “isi” tersebut).
Oke deh, ini dia letak elemen dengan ID isi tersebut (cari sendiri! hihi):
<table border="1"><caption>XML HTTP Request</caption>
<tr>
<th>Menu</th><th>Isi</th>
</tr>
<tr>
<td>
<a href="#1" onclick="javascript:main('page1.html')">Liat isi page-1</a><br>
<a href="#2" onclick="javascript:main('page2.html')">Liat isi page-2</a><br>
<a href="#3" onclick="javascript:main('page3.html')">Liat isi page-3</a>
</td>
<td bgcolor="#00FF00"><div id="isi"></div></td>
</tr>
</table>
Yap, ntar isi dari request yang kita minta ditampilkan di dalam <div> tersebut… Dengan kata lain jadi gini dah kalo diliat pake mata telanjang
<td bgcolor=”#00FF00″><div id=”isi”>DISINI HASIL RESPONSE DARI SERVERNYA (dari tampungan variable “textout”)</div></td>
Bagi yang masih bingung, ini saya lampirkan demo halaman sederhana (sangat amat sekaliiiii) biar tau apa itu XML HTTP Request. Silakan download di sini:
Filetype: zip
Namafile: xmlhttprequest.zip
Size: 2,1 Kb
Oh iya, selain itu ini contoh konkrit web yang menggunakan XMLHTTPREQUEST adalah ini http://inan.tibandung.com/ (naris.. padahal udah banyak situs yang make hahaha)

how to baypass icloud ipad

Bagaimana untuk memotong icloud aktivasi apel pada iPhone & iPAD

Jika Anda membaca ini, maka Anda memiliki masalah yang sama yang saya telah menghadapi dan beres. Masalah waktu adalah iCloud Aktivasi Lock, (Merek Apple). Saya telah menemukan solusi untuk memotong dan membuat iDevice dalam keadaan yang dapat digunakan oleh pemiliknya atau pengguna anonim. Ini adalah metode yang bagus dan mudah untuk memotong aktivasi iCloud pada perangkat apple.
doulCi Server adalah alat yang sangat keren yang dapat membiarkan Anda mengaktifkan iDevice Anda jika tidak dikunci, namun metode ini dapat membuka iDevice jika itu terkunci.


Bagaimana cara kerjanya?

Untuk memotong apel icloud aktivasi dengan bantuan doulCi Server, Anda perlu mengedit "hosts" file Anda yang berada di bawah C: \ Windows \ System32 \ Drivers \ etc jika Anda menggunakan sistem Windows. Jika Anda Linux atau Mac pengguna kemudian "hosts" file terletak di bawah / etc direktori.

  • Mengedit file host Anda dan menambahkan merah ini ditandai teks sebagaimana ditampilkan di gambar di bawah ini  
95.85.40.69 albert.apple.com
CATATAN: Jika Anda tidak dapat mengaktifkan perangkat Anda dengan 95.85.40.69 albert.apple.com kemudian mengganti dengan berikut ini


188.226.251.76 albert.apple.com
  • Pada iDevice Anda ikuti langkah-langkah aktivasi sampai pesan kunci aktivasi iCloud muncul.
  • Buka iTunes dan Plug iDevice Anda pada port USB dan menerima pesan dan memvalidasi kesalahan.
  • Anda akan diminta oleh iTunes untuk menerima tanpa jaminan albert di tengah proses. Hanya menerima bahwa. Ketika Anda punya kesalahan di iTunes, klik OK, dan menyelesaikan langkah-langkah aktivasi pada perangkat Anda.
  • Selesai aktivasi pada iDevice Anda dan kembali plug-perangkat lagi sehingga dapat diakui oleh iTunes.
Selamat Anda telah berhasil dilewati aktivasi apel iCloud.









Catatan: A5 + iPhone tidak bekerja.
Atas metode lain hanya bekerja untuk WIFI semua iPad Hanya versi, iPad 2 GSM dan Mungkin salah satu iPad 3 versi GSM, Semua iPod Touch dan hanya perangkat A4 dan sebelumnya untuk iPhone.

Senin, 12 Oktober 2015

Cara membuat web responsive


1. Definisikan Meta Tag Untuk Desain Responsive

Mobile browser biasanya akan mengatur skala halaman html sesuai lebar viewport, yang akhirnya website dapat tampil pada layar mobile. Anda bisa menggunakan tag meta viewport untuk me-reset ulang ini. Tag viewport sendiri digunakan untuk memberitahukan kepada browser untuk menggunakan lebar perangkat sebagai acuan lebar viewport serta menonaktifkan skala awal. Anda bisa menyertakan meta tag seperti berikut ini dibagian <head>.
<meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0">
Browser internet explorer versi 8 dan yang lebih rendah biasanya tidak support tag diatas, Anda bisa menggunakan bantuan media-queries.js ataupun respond.js di IE dengan menuliskan tag seperti berikut.
<!--[if lt IE 9]>     
    <script src="http://css3-mediaqueries-js.googlecode.com/svn/trunk/css3-mediaqueries.js"></script>  
<![endif]-->

2. Tentukan Struktur HTML

Langkah kedua yaitu menentukan struktur HTML website, website biasanya terdiri dari header, content, sidebar serta footer. Untuk header biasanya dibuat lebar nya full dan tinggi disesuaikan dengan kebutuhan.
Sedangkan content bisa ditentukan misalnya labar 660px dan sidebar 300px, sehingga lebar keseluruhan adalah 960px.
web design layout
web desain layout (foto: monstertut.com)

3. Membuat Media Query di CSS Untuk Memerintahkan Browser.

Ini adalah langkah terakhir yang akan membuat website Anda bisa responsive, kemampuan CSS3 disini sudah sangat canggih, kita seolah bisa menggunakan kondisi (IF) layaknya bahasa pemograman seperti PHP dan JS. Namun disini CSS3 hanya memberikan kondisi bagaimana browser harus melakukan rendering halaman untuk viewport yang telah di atur lebarnya dengan CSS3 seperti dibawah ini.
CSS dibawah ini akan menyuruh browser, ketika lebar layar berukuran 960px atau kurang dari itu, maka jalankan script, atur lebar sesuai script. Disini lebar wrapper diatur menjadi 96% saja dari labar layarya. Sedangkan konten diatur agar lebarnya 66% saja dari lebar layar, dan sidebar lebarnya menjadi 30%.
/* Jika layar berukuran 980px atau kurang */

@media screen and (max-width:980px) {
 
 #wrapper{
  width: 96%;
 }
 #maincontent{
  width: 66%;
 }
 #sidebar{
  width: 30%;
 }
}
Namun jika ukuran layar hanya 680px atau kurang, maka jalankan script lain seperti dibawah ini, dimana lebar/width diatur menjadi auto, atau otomatis mengikuti lebar layarnya, begitu juga dengan sidebar, dibuat auto juga agar lebarnya mengikuti lebar layar, sedangkan float nya diatur none agar div elemennya tersusun kebawah.
/* Jika ukuran layar 680px atau kurang dari itu */

@media screen and (max-width:680px){
 
 #maincontent{
  width: auto;
  float: none;
 }
 #sidebar{
  width: auto;
  float: none;
 }
}
Selanjutnya diatur jika ukuran layar 480px atau kurang dari itu (biasanya ini ukuran untuk ponsel/smartphone), maka kita bisa sembunyikan sidebar dan atur agar tinggi header menjadi auto. Semua kondisi bisa anda tentukan sendiri berdasarkan kebutuhan.
/* Jika ukuran layar 480px atau kurang */

@media screen and (max-width: 480px) {
 
 #header{
  height: auto;
 }
 #sidebar{
  display: none;
 }

}
Itulah beberapa tahap penting untuk membuat website menjadi responsive, jadi perlu diperhatikan adalah bagian meta tag dan media query di css agar website bisa tampil proporsional, ini tentu hanya teorinya saja, untuk cara contoh cara membuatnya Anda bisa baca tulisan sebelumnya yang berjudul Tutorial Cara Membuat Desain Web Responsive.
Semoga tulisan singkat ini bisa membantu Anda memahami langkah dasar pembuatan website responsive.

matlab




TEORI
Sinyal Sinus : 
y = A sin (2πft + φ)
A = Amplitudo
f = frekuensi
t = waktu (dalam detik)
φ = fase sinyal
MEMULAI MATLAB
1.         Jalankan MATLAB
2.         Pada command window ketik “edit   jajal” kemudian tekan ENTER
            >> edit  jajal    [ENTER]
3.         Maka akan muncul  MATLAB  Editor berikut
Disinilah tempat untuk menuliskan program MATLAB
4.         ketiklah program berikut
t = 0:0.01:1;
f = 2;
y = 2*sin(2*pi*f*t);
plot(t,y);
5.         jalankan program dengan menekan tombol: F5, lihat hasilnya
SINYAL SINUS TUNGGAL
1.         Membangkitkan sinyal sinus tunggal
A = 3,              f = 1 Hz,          φ = 0,               t = 0 s/d 1
clc;                % membersihkan layar
clear all;          % membersihkan isi variabel
f = 1;              % frekuensi sinyal
t=0:0.01:1;         % t = 0, 0.01, 0.02,0.03,…, 1
y=3*sin(2*pi*f*t);  % sinyal sinus dengan amplitudo 3
plot(t,y);          % menggambar kurva dilayar
axis([0 1 -10 10])  % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on             % tampilan layar dibuat kotak-2
2.         Mengamati perbedaan frekuensi sinyal dalam domain waktu
Gantilah nilai f dengan : 2, 3, 4 atau 5. Lihat hasilnya digambar dan bandingkan!
3.         Mengamati perbedaan Amplitudo
Gantilah nilai A dengan : 1, 2, 3, 4 atau 5. Lihat hasilnya digambar dan bandingkan!
4.         Menambahkan offset DC pada sinyal
y = K + A sin (2Ï€ft + φ)         K = konstanta (offset DC)
clc;                % membersihkan layar
clear all;          % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f = 1;              % frekuensi sinyal
t=0:0.01:1;
y=4+3*sin(2*pi*f*t);
plot(t,y);          % menggambar kurva dilayar
axis([0 1 -10 10])  % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
Gantilah nilai K dengan : −5, −4, 3, 4 atau 5. Lihat hasilnya digambar dan bandingkan!
5.         Membangkitkan sinyal sinus tunggal, menampilkan suara dan menyimpan ke hardisk
clc;
clear all;
f=800;                      %frekuensi sinyal
fs=16000;                   %frekuensi sampling
t=1/fs:1/fs:1;
y=sin(2*pi*f*t);
sound(y,fs)                 %menampilkan suara
wavwrite(y,fs,'sinus1.wav') %menyimpan dg nama: sinus1.wav
plot(t,y);axis([0 1  -1 1]);
title('Sinyal Sinus (f=800 Hz), sampling 16000 Hz')
untuk memperpanjang atau memperpendek suara gantilah nilai t dengan berikut:
t=1/fs:1/fs:2;    t=1/fs:1/fs:3;    t=1/fs:1/fs:4;    t=1/fs:1/fs:0.5;
            perhatikan perbedaannya dengan program berikut
clc;
clear all;
fs=16000;
f=800;
t=0:0.001:1.0;
y=sin(2*pi*f*t);
wavplay(y,fs)
plot(t,y);axis([0 0.2 -1 1]);
title('Sinyal Sinus (f=800 Hz), sampling 16000 Hz')
6.         Mengamati perbedaan frekuensi sinyal dalam domain frekuensi
clc;
clear all;
f=800;                      %frekuensi sinyal
fs=16000;                   %frekuensi sampling
t=1/fs:1/fs:1;
y=sin(2*pi*f*t);
sound(y,fs)
Y_f=(abs(fft(y)));
plot(Y_f)
axis([0 1500 0 100])
Gantilah nilai f dengan : 200, 700, 900 atau 1000. Lihat hasilnya digambar dan suara kemudian bandingkan!
Gantilah nilai fs dengan : 8000, 10000, 15000 atau 20000. Lihat hasilnya digambar dan suara kemudian bandingkan!
7.         Mengamati perbedaan Amplitudo
Gantilah nilai A dengan : 2, 3, 4 atau 5. Lihat hasilnya digambar dan suara kemudian bandingkan!
8.         Membangkitkan sinyal Sirine
fs=16000;
t=0:1/fs:4;
alfa=2*pi*(150 + 250*t + 550*t.*t);
y= 10*sin(alfa);
sound(y,fs);
SINYAL SINUS GANDA
1.         Membangkitkan 2 buah sinyal sinus
A1 = 10,                       f 1= 1 Hz,        φ1 = 0,                        
A2 = 1,                         f 2= 20 Hz,      φ2 = 0,                        
t = 0 s/d 1
clc;                        % membersihkan layar
clear all;                  % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f1 = 1;                     % frekuensi sinyal
f2 = 20;
t=0:0.01:1;
y1=10*sin(2*pi*f1*t);
plot(t,y1);
hold on;
y2=sin(2*pi*f2*t);
plot(t,y2);
axis([0 1 -15 15])          % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
2.         menampilkan 2 buah grafik dalam 2 window
clc;                        % membersihkan layar
clear all;                  % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f1 = 1;                     % frekuensi sinyal
f2 = 20;
t=0:0.01:1;
y1=10*sin(2*pi*f1*t);
subplot(2,1,1);plot(t,y1);  % 2 baris, 1 kolom, posisi ke-1
axis([0 1 -15 15])          % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
y2=sin(2*pi*f2*t);
subplot(2,1,2);plot(t,y2);  % 2 baris, 1 kolom, posisi ke-2
axis([0 1 -15 15])          % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
OPERASI 2 BUAH SINYAL
1.         Penjumlahan
clc;                        % membersihkan layar
clear all;                  % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f1 = 1;                     % frekuensi sinyal ke-1
f2 = 20;                    % frekuensi sinyal ke-2
t=0:0.01:1;
y1=10*sin(2*pi*f1*t);
y2=sin(2*pi*f2*t);
y3= y1+y2;
subplot(3,1,1);plot(t,y1);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-1
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,2);plot(t,y2);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-2
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,3);plot(t,y3);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-3
axis([0 1 -15 15])          % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
2.         Pengurangan
clc;                        % membersihkan layar
clear all;                  % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f1 = 1;                     % frekuensi sinyal
f2 = 20;
t=0:0.01:1;
y1=10*sin(2*pi*f1*t);
y2=sin(2*pi*f2*t);
y3= y1-y2;
subplot(3,1,1);plot(t,y1);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-1
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,2);plot(t,y2);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-2
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,3);plot(t,y3);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-3
axis([0 1 -15 15])          % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
3.         Perkalian
clc;                        % membersihkan layar
clear all;                  % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f1 = 1;                     % frekuensi sinyal
f2 = 20;
t=0:0.01:1;
y1=10*sin(2*pi*f1*t);
y2=sin(2*pi*f2*t);
y3= y1.*y2;
subplot(3,1,1);plot(t,y1);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-1
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,2);plot(t,y2);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-2
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,3);plot(t,y3);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-3
axis([0 1 -15 15])          % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
4.         Penguatan dan Pelemahan Sinyal
y = A sin (2πft + φ)
            jika  A > 1       maka terjadi penguatan sinyal
            jika  0 < A < 1 maka terjadi pelemahan sinyal
clc;                        % membersihkan layar
clear all;                  % membersihkan semua isi variabel yang pernah dibuat
f = 1;                      % frekuensi sinyal
t=0:0.01:1;        
y1=10*sin(2*pi*f*t);        % Sinyal asli dengan amplitudo 10
y2=15*sin(2*pi*f*t);        % Sinyal asli diperkuat menjadi  3/2 kali
y3=5*sin(2*pi*f*t);         % Sinyal asli diperlemah menjadi 1/2 kali
subplot(3,1,1);plot(t,y1);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-1
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,2);plot(t,y2);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-2
axis([0 1 -15 15]);
subplot(3,1,3);plot(t,y3);  % 3 baris, 1 kolom, posisi ke-3
axis([0 1 -15 15]);         % batasan sumbu x dan sumbu y
grid on
6.         Pengamatan Operasi dua buah sinyal melalui suara
clc;
clear all;
fs= 16000;
f1= 852;
f2= 1209;
t=0:0.001:1.0;
y1=sin(2*pi*f1*t);
wavplay(y1,fs)
plot(t,y1);axis([0 1 -1 1]);
title('Sinyal Sinus Y1:(f=852 Hz), sampling 16000 Hz')
pause
y2=sin(2*pi*f2*t);
wavplay(y2,fs)
plot(t,y2);axis([0 1 -1 1]);
title('Sinyal Sinus Y2:(f=1209 Hz), sampling 16000 Hz')
pause
y3 = y1 + y2;
wavplay(y3,fs)
plot(t,y3);axis([0 1 -2 2]);
title('Sinyal Sinus Y3 = Y1+Y2')
pause
y4 = y1 - y2;
wavplay(y4,fs)
plot(t,y4);axis([0 1 -1 1]);
title('Sinyal Sinus Y4 = Y1-Y2')
pause
y5 = y1 .* y2;
wavplay(y5,fs)
plot(t,y5);axis([0 1 -1 1]);
title('Sinyal Sinus Y5 = Y1*Y2')
pause
FREKUENSI SUARA MUSIK
Nada dasar dari suara musik didasarkan pada nada A dengan frekuensi 440 Hz. Untuk frekuensi nada-nada yang lain dihitung menggunakan rumus berikut
f  = 440 x 2n/12  Hz
Dimana :
f  = Frekuensi dari nada-nada yang lain
440 = Ketentuan nilai untuk nada dasar A
n = langkah (oktaf) dari nada-nada yang akan di cari.
12 = jumlah oktaf  ( C, C#, D, D#, E, F, F#, G, G#, A, A#, B)
Sebagai contoh,  untuk mencari frekuensi nada F, maka n = −4, untuk mencari frekuensi nada B, maka n = 2.
F = 440 x 2 −4/12 = 349.2282 Hz ≈ 349.2 Hz
B = 440 x 2 2/12 = 493.8833 Hz ≈ 493.9 Hz
Berdasarkan rumus diatas, dapat dicari nilai-nilai frekuensi untuk nada-nada yang lain yaitu :
Oktaf 1
Oktaf 2
Oktaf 3
C
130.8
261.6
523.3
C#
138.6
277.2
554.4
D
146.8
293.7
587.3
D#
155.6
311.1
622.3
E
164.8
329.6
659.3
F
174.6
349.2
698.5
F#
185.0
370.0
740.0
G
196.0
394.0
784.0
G#
207.7
415.3
830.6
A
220.0
440.0
880.0
A#
233.1
466.2
932.3
B
247.0
493.9
987.8
%Judul Lagu: Gundul-gundul-Pacul
Fs=16000;
t=0:1/Fs:0.25;
c=sin(2*pi*262*t);
d=sin(2*pi*294*t);
e=sin(2*pi*330*t);
f=sin(2*pi*249*t);
g=sin(2*pi*392*t);
a=sin(2*pi*440*t);
b=sin(2*pi*494*t);
c1=sin(2*pi*523*t);
nol = [zeros(size(t))];
nada1 = [c,e,c,e,f,g,g,nol,b,c1,b,c1,b,g,nol,nol];
nada2 = [c,e,c,e,f,g,g,nol,b,c1,b,c1,b,g,nol];
nada3 = [c,nol,e,nol,g,nol,f,f,g,f,e,c,f,e,c,nol];
nada4 = [c,nol,e,nol,g,nol,f,f,g,f,e,c,f,e,c];
lagu=[nada1,nada2,nada3,nada4];
sound(lagu,Fs);
%Judul Lagu: Si-Unyil
Fs=16000;
t=0:1/Fs:0.25;          %panjang not ¼ detik
c=sin(2*pi*262*t);
d=sin(2*pi*294*t);
e=sin(2*pi*330*t);
f=sin(2*pi*249*t);
g=sin(2*pi*392*t);
a=sin(2*pi*440*t);
b=sin(2*pi*494*t);
c1=sin(2*pi*523*t);
nol = [zeros(size(t))];
unyil = [b,nol,a,nol,g,nol,a,nol,b,nol,a,nol,a,nol,nol,nol,b,nol,a,nol,g,nol,e,nol,g,nol,e,nol,e];
sound(unyil,Fs);
wavwrite(unyil,'unyil.wav');
%Nada Pesawat telepon 
%===========================
% Freq : 1209 | 1336 | 1477 
%===========================
% 697  :  1   |   2  |  3  
%---------------------------
% 770  :  4   |   5  |  6
%---------------------------
% 852  :  7   |   8  |  9 
%---------------------------
% 941  :  *   |   0  |  #
%---------------------------
Fs=9000;
t=0:0.001:1.5;
y9=sin(2*pi*852*t)+sin(2*pi*1477*t);
y8=sin(2*pi*852*t)+sin(2*pi*1336*t);
y7=sin(2*pi*852*t)+sin(2*pi*1209*t);
y6=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1477*t);
y5=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1336*t);
y4=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1209*t);
y3=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1477*t);
y2=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1336*t);
y1=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1209*t);
y0=sin(2*pi*941*t)+sin(2*pi*1336*t);
y = [y0,y1,y2,y3,y4,y5,y6,y7,y8,y9];
wavplay(y,Fs)
SINYAL WICARA PADA MANUSIA
Sinyal wicara adalah sinyal yang berubah-ubah terhadap waktu, bila diamati dalam selang waktu yang sangat singkat masih tampak stasioner. Tetapi bila diamati dalam selang waktu yang agak lama (> 1/5 detik), sinyalnya mulai menampakkan ucapan dari pembicara.   
Untuk menyajikan sebuah sinyal wicara ada tiga kondisi dasar yang harus diketahui, yaitu silence (S) (keadaan tenang) yaitu keadaan dimana sinyal wicara tidak diproduksi, unvoice (U) (tidak bersuara) yaitu vocal cord tidak berfibrasi, dan  voiced (V) (bersuara) dimana  vocal cord bervibrasi secara periodik sehingga menghasilkan sinyal wicara.
Merekam Suara dan menyimpan menjadi  “File.wav”
clear all;
fs=8000;
y= wavrecord(5.0*fs, fs, 'double'); %merekam suara
wavwrite(y,fs,'aiueo.wav');         %simpan rekaman ke hardisk
wavplay(y,fs);                      %mainkan hasil rekaman
figure,plot(y);                     %sinyal hasil rekaman di plot
Membaca dan memainkan file.wav
clear all;
fs=8000;
y=wavread('aiueo.wav');
wavplay(y,fs)
figure,plot(y);
Memotong sinyal
clear all;
fs=8000;
y=wavread('aiueo.wav');
wavplay(y,fs)
figure,plot(y);
A1= min(y);
A2= max(y);
t=length(y);
x1=0; x2=t;
axis([x1  x2   A1  A2]);
% suara ‘U’ diperkirakan berada pd t=16750 s/d 19500
y1=y(16750:19500);      %sinyal y dicopy pd t=16750 s/d 19500
wavplay(y1,fs)
figure,plot(y1)
axis([x1  x2   A1  A2]);
clear all;
fs=8000;
y=wavread('aiueo.wav');
wavplay(y,fs)
figure,plot(y);
A1= min(y);
A2= max(y);
t=length(y);
x1=0; x2=t;
axis([x1  x2   A1  A2]);
y1=y(16750:19500);
wavplay(y1,fs)
figure,plot(y1)
axis([x1  x2   A1  A2]);
y2=[y1' y' y1'];
t=length(y2);
wavplay(y2,fs)