Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Feedburner

I heart FeedBurner

Selasa, 28 November 2017

Koneksi 2 database di laravel

There is a file config/database.php which contains an array of all possible connections- MySQL, PostgreSQL, SQL Server. So the “trick” here is we can add more than one connection with the same database system, let’s say it will be MySQL. So, let’s copy a default array item and paste as another one underneath – and call it mysql_external:


Now, let’s change the ENV variables to different ones, which we will add into our .env file. For example, from DB_HOST – to DB_EXT_HOST and same with others.


And now we have two options: provide those external credentials here in the same config/database.php file, or add them into .env file, which is in your main Laravel folder, like this:


How to connect to the second database

So, we have a connection named mysql_external which has the credentials provided, now we can actually use it. So in your code, where you need to take the data from that external database, you just call DB::connection() method and assign the result to the variable. Then we can use that variable to make any queries.

PHP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
 
class TestController extends Controller
{
 
    public function getTest()
    {
        $db_ext = \DB::connection('mysql_external');
        $countries = $db_ext->table('countries')->get();
        print_r($countries);
    }
 
}
 

Sumber:http://laraveldaily.com/multiple-database-connections-in-the-same-laravel-project/

Senin, 27 November 2017

Mounting Linux

Pada jaman kegelapan (baca: DOS dan Windows), filesystem biasanya ditandai dengan apa yang dinamakan drive yang masing-masing mendapat satu karakter tersendiri. Drive A dan B lumrahnya untuk disket (floppy disk) sementara drive C, D, E, dan seterusnya adalah untuk hard disk. Ada pula penamaan seperti drive H untuk direktori home atau huruf-huruf drive seperti P, Q, R untuk drive yang dipetakan ke jaringan (network drive). Konsep drive, sebagai salah satu dari karakteristik khas DOS yang masih terpaksa masih diwarisi Windows, tidak dikenal di Linux maupun sistem operasi Unix lainnya. Untuk menjelaskan hal ini, marilah kita sebentar menengok secara lebih rinci bagaimana Linux mengelola file dan mengatur disk. File-file yang jumlahnya bisa segerobak diatur melalui apa yang disebut sebagai filesystem. Tidak lain tidak bukan, filesystem ini mengorganisasi isi dari media penyimpan, apakah itu disket, hard disk, ataupun CD-ROM. Filesystem juga memungkinkan user melakukan manajemen file, antara lain membuat file baru, mengganti nama file, memindah file dari satu tempat ke tempat lain, dan juga menghapus file yang sudah tidak diinginkan (jelas bahwa tanpa fungsi-fungsi seperti ini, tentu saja filesystem tidak menjadi terlalu berguna).

Ada berbagai ragam filesystem. Linux umumnya menggunakan filesystem yang dinamakan ext2. DOS selalu memakai filesystem FAT. Untuk Windows, yang sering didukung adalah filesystem FAT (guna kompatibilitas dengan DOS) atau FAT32, yaitu FAT yang diperluas untuk menangani long-filename sekaligus mengatasi ukuran disk yang cukup besar. Windows NT menggunakan filesystem NTFS yang khusus diciptakan untuk mengakomodasi berbagai fitur Windows NT. Satu jenis filesystem tidak kompatibel dengan yang lainnya. Hal ini berarti tanpa prosedur tertentu sebuah partisi FAT dari DOS tidak akan dikenali begitu saja di Linux. Demikian juga sebaliknya.

Di sistem operasi semacam DOS atau Windows, filesystem dikenali dan diakses melalui drive tertentu. Sebagai contoh, biasanya hard disk yang berisi partisi sistem Windows akan selalui dinamai sebagai drive C. Kemudian bila ada partisi kedua yang berfungsi untuk menyimpan data, maka partisi ini bisa saja menjadi drive D. Demikian seterusnya. Disket, karena diakses melalui floppy-drive, biasanya mendapat drive A atau drive B (tergantung jumlah floppy-drive yang ada).

Dalam istilah sistem operasi, membuat filesystem agar dapat diakses merupakan tindakan yang disebut sebagai mounting. Prosesnya sendiri relatif singkat: memeriksa secara cepat apakah filesystem tersebut valid atau tidak dan selanjutnya mencatat keterangan penting tentang filesystem ini di memori. Catatan ini akan dipergunakan segera setelah filesystem ini mulai digunakan. DOS dan Windows dapat dikatakan melakukan proses mount ini secara otomatis dan transparan terhadap user. Tanpa angin dan hujan, tiba-tiba saja partisi data muncul sebagai drive D. Juga ketika ingin mendaftar file-file di disket, cukup eksekusi perintah dir a: karena dari awal drive A dianggap sebagai floppy.

Linux mengidentifikasi filesystem dengan cara yang berbeda dibandingkan DOS atau Windows. Jika di Windows sebuah filesystem diasosiasikan dengan huruf drive, maka di Linux satu filesystem dipetakan ke direktori tertentu. Yang demikian ini menjadikan Linux lebih fleksibel dibandingkan Windows. Tentu saja hal ini dengan konsekuensi bahwa user mendapat sedikit tambahan beban karenanya.

Bagaimana hingga sebuah filesystem terkait dengan satu direktori ? Di sinilah dibutuhkan perintah mount. Bisa diterka bahwa fungsi dari mount adalah untuk melakukan mounting filesystem yang diinginkan. Sebagai ilustrasi, disket pada floppy-drive bisa saja dipetakan sebagai direktori /floppy, partisi Windows dipetakan ke /windows sementara CD-ROM sebagai /cdrom. Per istilah, nama-nama direktori /floppy, /windows, dan /cdrom disebut sebagai mount point. Bagaimana nama dari mount point ini sendiri sepenuhnya tergantung user. Namakan saja sesukanya, misalnya /disket alih-alih /floppy.

Melakukan mount adalah semudah mengetikkan perintah mount yang diikuti argumen yang tepat. Sebagai contoh, perintah berikut adalah untuk melakukan mount agar disket bisa diakses di /floppy:
mount /dev/fd0 /floppy

Di sini /dev/fd0 menunjuk ke floppy-drive yang pertama (/dev/fd1 untuk yang kedua, demikian seterusnya).

Bagaimana jika partisi Windows yang merupakan partisi pertama di hard disk ingin juga diakses ? Berikut perintahnya:
mount -t vfat /dev/hda0 /windows

Segera setelah perintah mount ini sukses dijalankan, maka file-file yang mulanya hanya ada di partisi Windows sekarang bisa ditengok dari Linux. Perhatikan bahwa /dev/hda0 adalah untuk partisi pertama hard disk utama (primary). Jika Windows yang Anda miliki tidak berada di sini, tentu saja perintah di atas harus disesuaikan dahulu. Catatan: kalau Windows yang digunakan adalah Windows NT, maka vfat harus diganti dengan ntfs.

Sekarang, bagaimana untuk CD-ROM ? Mudah. Simak yang berikut ini:
mount -t iso9660 /dev/cdrom /cdrom -o ro

Sama saja seperti yang sebelumnya, bukan ? Tambahan option -o ro adalah untuk menyatakan bahwa filesystem akan diakses dalam modus readonly.

Sebuah catatan penting: sebelum melakukan mount, pastikan bahwa mount-point sudah dibuat sebelumnya. Misalnya, sebelum memount disket ke /floppy, buat dahulu direktori /floppy (gampang saja yakni dengan mkdir /floppy). Jika direktori ini tidak ada, mount tidak akan berhasil.

Penggunaan umum dari perintah mount adalah:
mount [-t type] device directory [-o option]

Jangan bingung dahulu karena berikut akan dijelaskan lebih detil maksud dari sintaks di atas.

Parameter type menentukan jenis filesystem yang hendak dimount. Beberapa yang dikenal di Linux antara lain ext2 (untuk filesystem ext2), msdos (untuk partisi FAT), vfat (untuk partisi Windows), dan iso9660 (untuk CD-ROM). Bisa juga type ini diisi sebagai auto yang berarti ragam filesystem akan ditentukan secara otomatis. Perhatikan bahwa parameter type ini diapit oleh kurung siku. Sekedar menyegarkan ingatan, hal ini bermakna bahwa type adalah opsional – boleh digunakan boleh juga tidak. Manakala terdapat ketidakpastian, maka gunakanlah perintah ini.

Parameter device menentukan filesystem yang hendak dimount. Biasanya ini adalah /dev/fd untuk disket, /dev/hd untuk hard disk, /dev/cdrom untuk CD-ROM, dan seterusnya.

Parameter directory menunjukkan mount point dari filesystem yang dimount. Sekali lagi, jangan lupa pastikan bahwa direktori ini memang sudah ada dan bisa diakses sebelum perintah mount dijalankan.

Parameter option menspesifikasi option untuk mounting. Seperti sudah diilustrasikan sebelumnya, option ro akan menyebabkan filesystem menjadi read-only. Sebenarnya ada juga option rw (yaitu untuk read-and-write) tetapi karena option ini adalah default, maka tidak perlu ditulis secara eksplisit.

Lagi-lagi berbeda dengan Windows, filesystem yang sudah dimount di Linux harus di-unmount begitu selesai digunakan. Proses unmount adalah kebalikan dari mount. Kini terjadi pelepasan akses terhadap filesystem tersebut. Data-data yang belum tertulis alias masih dalam buffer juga akan permanen dituliskan ke filesystem yang bersangkutan.

Perintah untuk melakukan unmount adalah umount (perhatikan, tanpa huruf ‘n’ setelah huruf pertama ‘u’). Adapun sintaksnya relatif sederhana:
umount mount-point

Misalnya Anda usai mengakses disket yang sebelumnya dimount ke /floppy/, maka perintah yang tepat untuk unmount adalah:
umount /floppy/

Ketika mencoba contoh-contoh di atas, mungkin Anda perlu login sebagai root. Namun demikian, pada dasarnya mount dan unmount dapat dilakukan oleh user biasa. Hal ini sepenuhnya diatur melalui file konfigurasi /etc/fstab. Untuk menerangkan isi file ini, baiklah kita ambil contoh /etc/fstab sebagai berikut:

/dev/hda1   /windows/C ntfs          rw,noauto,user         0 0
/dev/hda5   /windows/D vfat          noauto,user              0 0
/dev/hda6   /ext2            defaults                                      1 1
/dev/hda7   swap            swap       defaults                     0 2
/dev/cdrom  /cdrom        auto        ro,noauto,user,exec  0 0
/dev/fd0    /floppy           auto         noauto,user              0 0

Masing-masing baris tersusun atas enam buah entri, dipisahkan oleh spasi kosong. Kolom pertama menyatakan device atau filesystem, kolom kedua untuk mount-point dari filesystem tersebut, kolom ketiga tidak lain adalah jenis filesystemnya. Ketiga entri ini tentunya sudah jelas dari deskripsi perintah mount sebelumnya. Kolom keempat adalah option: auto berarti filesystem akan dimount pada saat startup, rw berarti read-and-write, ro untuk read-only, user bermakna user biasa (tidak harus root) juga diijinkan melakukan mount dan unmount filesystem ini. Angka pada kolom ke-5 dan ke-6 masing-masing untuk menspesifikasi apakah filesystem perlu dibackup ketika dilakukan system backup dan apakah harus dilakukan pemeriksaan filesystem saat startup.

Supaya suatu device dapat dimount oleh user biasa, cukup tuliskan user pada kolom ke-4 (option). Jadi langkah-langkahnya adalah: login dahulu sebagai root, buka file /etc/fstab dengan editor favorit Anda, edit sehingga terdapat option user pada device yang diinginkan, dan terakhir jangan lupa simpan filenya. Sekarang loginlah sebagai user biasa dan Anda akan mendapatkan bahwa device yang dimodifikasi sudah bisa dimount (dan juga unmount).

Nah, ternyata mounting dan unmounting tidak begitu susah sama sekali. Malahan, kalau Anda menggunakan distribusi Linux yang baru-baru seperti Mandriva, RedHat , Fedora atau SuSE , hampir semuanya menyisipkan fasilitas mounting secara otomatis. Contohnya, mengklik shortcut Floppy Device yang sudah disiapkan di desktop akan menyebabkan terjadi proses mounting ke /dev/fd0 sekaligus menampilkan isi disketnya. Sama sekali tidak diperlukan campur tangan untuk memount (dan kemudian unmount) secara manual.

Ada juga yang disebut sebagai automount yaitu service yang memungkinkan dilakukannya mounting secara otomatis ketika filesystem mulai digunakan serta unmounting tatkala filesystem tersebut tidak diakses lagi. Service ini disebut sebagai autofs. Pada aneka distribusi Linux, biasanya autofs ini sudah tersedia dan tinggal diaktifkan saja.

PERBEDAAN PASSWORD, PASSPHRASE, DAN PASSCODE

Dalam dunia komputer sebuah data mempunyai nilai yang berarti. Terlebih lagi bila data tersebut adalah data yang penting atau restriktif. Yang menjadi masalah adalah apabila data tersebut dapat diakses oleh siapa saja. Oleh karena itu perlu diatur orang-orang yang boleh dan tidak boleh mengakses data atau sistem.
Maka dari itu diperlukan suatu cara untuk memfilter atau memilih dan mengatur orang-orang yang diberi hak atau diijinkan untuk mengakses data. Caranya adalah dengan meminta suatu sandi sebelum seseorang mengakses suatu data. Bila sandi tersebut benar maka orang tersebut diberi ijin untuk mengakses data, sebaliknya bila sandi yang dimasukkan itu salah maka dia tidak dibolehkan mengakses data. Inilah perlunya sandi untuk mengakses data yaitu melakukan verifikasi atau memfilter orang yang akan mengakses data.   Dalam masalah sandi ini ada beberapa istilah yang hampir mirip dan mempunyai peran yang sama. Peran tersebut adalah untuk memfilter seseorang yang mengakses data. Yang pertama adalah password.
  • Password sebagai mana terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah suatu sandi yang berbentuk sebuah kata yang diperlukan seseorang untuk dapat mengakses suatu data atau masuk ke dalam sistem. Contoh password adalah deretan karakter yang membentuk sebuah kata, misalnya ‘Jakarta’, ‘Rosalina’, ‘Samudera’, dll. Bila sandi yang digunakan terdiri dari dua kata atau lebih maka penyandian seperti ini lebih tepatnya disebut dengan passphrase.
  • Passphrase sebagai mana artinya dalam bahasa Indonesia adalah gabungan kata yang diperlukan untuk lolos filter dari suatu sistem sehingga seseorang dapat mengakses data atau masuk ke dalam sistem. Contoh passphrase adalah ‘budianduk’, ‘tahusumedang’, ‘satemadura’, ‘kudanil’, dll. Passphrase ini terdiri dari dua kata atau lebih. Lain halnya bila sandi yang digunakan hanya berupa deretan angka-angka saja (numerik), maka penyandian seperti ini dikenal dengan nama passcode.
  • passcode Yaitu sebuah kode yang berupa deretan angka yang diperlukan untuk dapat mengakses sebuah sistem atau data. Misalnya ‘12345’, ‘5434’, dll. Contoh paling umum penerapan passcode ini adalah pada mesin ATM bank ketika seorang nasabah melakukan login.  Demikianlah perbedaan antara password, passphrase, dan passcode.
Sumber : https://www.fahmi.my.id/perbedaan-password-passphrase-dan-passcode.html

Instalasi Centos 7

Pertama yang perlu anda siapkan adalah bootable USB/DVD berisi CentOS, ikuti panduan berikut jika anda bingung : Cara Membuat Bootable USB/DVD
Setelah anda memiliki bootable CentOS, masukkan bootable centos, dan restart PC untuk mulai booting ke CentOS.
CentOS_015
System akan meload installer dan segera memunculkan welcome screen.
CentOS_016

 Pilih bahasa untuk CentOS.

Pilih bahasa yang akan anda gunakan untuk CentOS anda lalu klik tombol continue.
CentOS_017

 Installation Summary

Disini kita dapat mensetting tanggal, keyboard layout, partisi harddisk, sampai dengan IP address. Kita akan membahas beberapa hal yang perlu saja agar tidak bingung. Pertama kita klik “Installation Destination”.
CentOS_018

 Installation Destination

Disini kita dapat mengatur partisi hardisk, dan alokasinya. anda dapat memilih “Automatically configure my partitioning” lalu klik “Done” dan lanjut ke proses instalasi selanjutnya yaitu setting tanggal dan jam.
Atau, klik “I will configure partitioning” lalu klik done untuk merubah partisi dan alokasi system.
CentOS_019

Anda bisa melewati bagian ini jika memilih “Automatically configure my partitioning” pada step sebelumnya.
Klik “Click here to create them automatically” untuk membuat default partisi.
CentOS_020

Berikut default partisi untuk CentOS, anda dapat merubah alokasinya jika dibutuhkan. Swap berfungsi seperti RAM tambahan untuk OS. Setelah selesai dengan partisi dan alokasi, Klik tombol done.
CentOS_021

Klik tombol “Accept Changes” untuk menyimpan perubahan dan melanjutkan ke proses selanjutnya.
CentOS_022

 Setting Tanggal dan Jam

Klik tombol “Date & Time” untuk mengatur Tanggal dan Jam CentOS.
CentOS_023
Klik pada lokasi yang anda inginkan, lalu klik “Done”.
CentOS_024

 Mulai Proses Instalasi

Anda masih bisa mengatur beberapa hal lain seperti Keyboard, Software Selection, dan IP. Jika anda merasa sudah cukup, silakan klik “Begin Installation” untuk memulai proses instalasi.
CentOS_025

 User Root

Klik “Root Password” untuk merubah password root.
CentOS_026

Isikan password root yang anda kehendaki. anda perlu meng-klik tombol “Done” 2 kali, jika CentOS merasa password anda lemah.
CentOS_027

Klik “User Creation” untuk menambahkan user lain.
CentOS_028

Isikan field-field yang dibutuhkan untuk membuat user. anda dapat mencentang “Make this user administrator” untuk membuat user anda sebagai Admin (Sudo Privilege).
CentOS_029

Tunggu sampai proses instalasi selesai, lalu klik tombol “Reboot” untuk merestart komputer.
CentOS_030

 Starting CentOS

Berikut tampilan awal CentOS setelah anda hidupkan.
CentOS_031

Anda akan menemui tampilan login seperti berikut. Masukkan user yang telah anda buat pada proses instalasi, Lalu enter, dan masukkan passwordnya.
CentOS_032

Tampilan setelah anda login.
CentOS_033
Centos sudah terinstal di PC anda

Sumber : https://blabak.com/cara-install-centos-7-server-step-by-step-dengan-screenshot/

centos 7

https://www.teksupport.in/warning-devroot-not-exist-installing-centos-7/

Sabtu, 25 November 2017

Materi React Native

Requirement Software


Web Browser, kami rekomendasikan Google Chrome
NodeJs https://nodejs.org/dist/v6.11.5/node-v6.11.5-x64.msi, Nodejs versi 8 saat ini belum di support.
Android Studio IDE, untuk melakukan instalasi bisa melihat di https://developer.android.com/studio/install.html

Visual Studio Code
GenyMotion with VirtualBox (opsional jika ingin melakukan preview react native di simulator)


Semua file di atas bisa di download di Google Drive ini https://goo.gl/Sg7S67


Persiapan Lab


1. ReactJs

Tidak ada persiapan khusus.


2. React Native

Setelah selesai melakukan instalasi android studio lakukan langkah-langkah berikut ini:



Register platform tools android SDK


Di  Windows 7/8:


dari desktop, klik kanan My Computer dan pilih Properties
di System Properties, klik Advanced tab
di Advanced section, klik tombol Environment Variables
di the Environment Variables, highlight Path variable di bagian Systems Variable section dan klik tombol Edit
tambahkan C:\Users\<user>\AppData\Local\Android\Sdk\platform-tools di akhir baris



Di Windows 10:


buka Start menu, dan ketik “advanced system settings”
pilih “View advanced system settings”
klik Advanced tab
buka “Environment Variables” window
pilih the Path variable di bawah “System Variables" dan klik tombol “Edit”
klik tombol “Edit Text”
tambahkan  C:\Users\<user>\AppData\Local\Android\Sdk\platform-tools



Di Mac, silakan ikuti petunjuk di https://developer.android.com/studio/install.html



Install react native cli npm install -g create-react-native-app
Install expo npm install -g exp dan buatlah akun expo di https://expo.io

Optional, install expo client di mobile untuk melakukan live preview di device yang sesungguhnya


untuk Android https://play.google.com/store/apps/details?id=host.exp.exponent&referrer=www

untuk IOS https://itunes.apple.com/app/apple-store/id982107779?ct=www&mt=8






3. Facebook Analytics


Kunjungi https://developers.facebook.com/

Signin dan buatlah satu buah apps untuk melakukan testing

Sumber : https://gitlab.com/froyo-framework/facebook-react/blob/master/README.md

Jumat, 24 November 2017

Selasa, 14 November 2017

Setting Postgresql di Laravel

Pada aplikasi saya menggunakan potgresql. cara mengkoneksikan nya yaitu membuka file database.php pada path:
config/database.php
mengubah default koneksi pada postgresql, dengan mengubah baris:
‘default’ => env(‘DB_CONNECTION’, ‘mysql’),
menjadi :
‘default’ => env(‘DB_CONNECTION’, ‘pgsql’),
mengisikan host, nama database, username dan password pada baris dibawah ini:
‘pgsql’ => [
‘driver’ => ‘pgsql’,
‘host’ => env(‘DB_HOST’, ‘localhost’),
‘database’ => env(‘DB_DATABASE’, ‘forge’),
‘username’ => env(‘DB_USERNAME’, ‘forge’),
‘password’ => env(‘DB_PASSWORD’, ”),
‘charset’ => ‘utf8’,
‘prefix’ => ”,
‘schema’ => ‘public’,
],
saya ubah menjadi konfigurasi yang anda buat, untuk database saya seperti dibawah ini:
‘pgsql’ => [
‘driver’ => ‘pgsql’,
‘host’ => ‘localhost’,
‘database’ => ‘db_belajar’,
‘username’ => ‘postgres’,
‘password’ => ‘1234’,
‘charset’ => ‘utf8’,
‘prefix’ => ”,
‘schema’ => ‘public’,
],
Sumber : https://ajengmeiranti.wordpress.com/2016/01/07/koneksi-laravel-5-ke-postgresql/

KepServerEX dan OPC

KEPserverEX 5 merupakan perangkat lunak keluaran Kepware yang berfungsi sebagai OPC server sekaligus OPC client. Sebelum masuk ke tutorial alangkah baiknya kita berkenalan dulu dengan OPC. Apa itu OPC? OPC merupakan kepanjangan dari OLE for Process Control. OPC adalah sebuah standar industri untuk antarkonektivitas sistem. Yayasan OPC (OPC Foundation) mengatur semua spesifikasi OPC. OPC menggunakan teknologi COM dan DCOM-nya Microsoft untuk membolehkan suatu aplikasi menukar-nukar data dengan satu atau lebih komputer melalui arsitektur TCP/IP.
Tujuan dari OPC adalah menyediakan sebuah infrastruktur standar untuk pertukaran data kontrol proses. Misalnya, pabrik biasanya memiliki berbagai macam sumber data seperti PLC, DCS, basisdata, meteran, RTU dan lain sebagainya. Data-data ini tersedia melalui berbagai macam koneksi yang berbeda-beda, misalnya, serial, ethernet, atau bahkan melalui pemancar radio. Sedangkan aplikasi kontrol prosesnya bisa menggunakan berbagai macam sistem operasi yang berbeda, seperti windows, UNIX, DOS, atau VMS.
Jadi intiya OPC merupakan suatu standar suatu teknologi yang memungkinkan kita mengambil suatu data dalam berbagai bentuk (serial, ethernet, RF, dll) tidak tergantung pada vendormanapun dan menampungnya dalam suatu server yang disebut OPC server. Dan data tersebut dapat diakses melalui OPC client untuk dapat diolah dan ditampilkan misalnya ke HMI.

kepserver-architecture
Berikut tutorial untuk membuat simulasi data pada KEPserverEX versi 5. Simulasi data ini nantinya akan dibaca oleh HMI semisal Wonderware InTouch.
1. Membuka Kepware KEPserverEX 5, kemudian akan tampil jendela KEPserverEX 5.
2. Membuat channel baru dengan cara klik “Click to add a Channel”. Akan muncul jendela baru untuk membuat channer baru. Pertama beri nama channel tersebut. Selanjutnya pada pilihan Device Driver, pilih Simulator. Kemudian Next terus sampai Finish.
KEPware to Wonderware 01KEPware to Wonderware 02KEPware to Wonderware 03
3. Membuat Device baru dengan mengklik “Click to add a Device”. Biarkan semua pilihan pada nilai defaultnya, klik Next sampai Finish.
4. Setelah device dibuat, selanjutnya membuat Tag. Tag yang akan dibuat adalah Tag dengan data Random. Yaitu setiap satu detik OPC server akan mengirimkan data secara acak dari range yang telah ditentukan. Format nya adalah RANDOM (scan rate, min, max).
KEPware to Wonderware 05
5. Untuk menjalankan (Run) simulasi yang telah dibuat dengan cara mengklik OPC Quick Clientyang ada pada pojok kanan atas.
KEPware to Wonderware 06
6. Kemudian akan muncul jendela baru yaitu OPC Quick Client. Pada jendela ini dapat dilihat value dari tag Tag1 akan berubah-ubah.
KEPware to Wonderware 07